
Jagat maya kembali ramai setelah aktivis lingkungan muda, Balqis Humaira, mengunggah kritik panjang tentang kerusakan hutan di Sumatera. Dalam unggahannya, ia menyoroti rangkaian kebijakan kehutanan masa lalu kepada Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan yang menurutnya menjadi salah satu faktor utama dibalik memburuknya kondisi ekologis di kawasan tersebut. Tanpa menyebutkan data teknis yang rumit, Balqis memilih menggunakan gaya bahasa lugas dan emosional, membuat kritiknya cepat menyebar dan memicu diskusi publik yang luas.
Dalam unggahan itu, Balqis menekankan bahwa kerusakan ekologis tidak pernah terjadi secara tiba-tiba. Ada proses kebijakan, keputusan administratif, serta pemberian izin yang berlangsung bertahun-tahun sebelum akhirnya masyarakat merasakan dampaknya. Ia menyebut Taman Nasional Tesso Nilo sebagai contoh nyata bagaimana hutan yang dulunya lebat kini berubah menjadi area tambal sulam yang penuh perambahan dan kebun sawit ilegal.
Menurut Balqis, apa yang sedang dialami Sumatera hari ini mulai dari banjir besar, longsor yang merusak pemukiman, hingga munculnya satwa liar di pemukiman warga adalah buah dari keputusan birokratis yang dianggap mengabaikan daya dukung lingkungan. Ia menyebutkan bahwa pelepasan kawasan hutan pada masa lalu membuka jalan bagi ekspansi perkebunan yang tidak terkendali.
“Kalau akar pohonnya sudah hilang, jangan salahkan alam kalau air turun tanpa hambatan,” tulis Balqis dalam salah satu bagian unggahannya. Ia menekankan bahwa setiap persetujuan pembukaan lahan adalah titik awal perubahan besar dalam ekosistem.
Balqis juga mengkritik fenomena yang menurutnya ironis: ketika bencana datang, perhatian publik lebih tertuju pada foto pejabat yang turun ke lokasi ketimbang pembahasan serius tentang penyebab utamanya. Ia menyebut hal itu sebagai bentuk hilangnya fokus masyarakat terhadap isu struktural yang jauh lebih penting.
“Orang sibuk bahas drama selebriti, sementara hutan habis sedikit demi sedikit,” tulisnya.
Dalam unggahan tersebut, ia menolak anggapan bahwa banjir dan longsor yang terjadi belakangan ini dapat dianggap sebagai musibah alam semata. Baginya, bencana tersebut merupakan akumulasi dari keputusan manusia, bukan sekadar perubahan cuaca.
Selain mengkritik pemerintah, Balqis menyoroti minimnya pengawasan terhadap aktivitas perambahan hutan yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Ia mengingatkan bahwa kerusakan lingkungan selalu memiliki korelasi langsung dengan keselamatan masyarakat. Ketika penyangga alam rusak, maka yang paling terdampak adalah warga yang tinggal di daerah rawan.
Di akhir kritiknya, Balqis mengajukan sebuah pertanyaan terbuka kepada para pembuat kebijakan baik yang masih menjabat maupun yang pernah berperan dalam pengelolaan kawasan hutan.
“Sampai kapan masyarakat harus menanggung akibat dari kebijakan yang tidak berpihak pada kelestarian lingkungan?” tulisnya.
Hingga kini, unggahan tersebut terus memicu diskusi. Banyak warganet yang mendukung kritik Balqis, sementara sebagian lainnya meminta agar persoalan kerusakan lingkungan ditangani dengan pendekatan menyeluruh, tanpa menyudutkan pihak tertentu. Namun bagi Balqis, perdebatan ini penting agar publik tidak lupa bahwa hutan yang hilang hari ini akan menentukan nasib lingkungan di masa depan.
Tips Meningkatkan Click-Through Rate Iklan Klinik Gigi
by Admin 25 Apr 2025